Senin, 04 September 2017

Reset


RESET




Aku dan Edo kenal dari sebuah aplikasi chatting. Dia memulai pembicaraannya denganku sejak 2 hari yang lalu. Aku benar benar nyaman dengannya. Setiap malam aku tidak segera menutup mataku dan mengucapkan doa sebelum tidur melainkan saling bertukar pesan dengannya. Dia adalah pemuda yang baik. Dia tahu seluk beluk seorang perempuan. Dia tahu ketika aku marah dengannya, walaupun aku baru saja mengenalnya.

“Do, udah malem ngga tidur?” 23:14 cetus ku melalui papan ketik handphoneku.
“Aku belum ngantuk hehe, kamu udah ngantuk?” 23:16
“Belum  juga sih, aku Cuma nanya aja.” 23:16

Begitupun seterusnya, aku selalu menceritakan kegiatanku setiap hari kepadanya. Setiap pagi aku selalu membayangkannya, dan seketika tersenyum sendiri. Edo adalah pemuda yang tampan, dia juga seorang atlet panjat tebing. Malam selanjutnya aku kembali melakkan rutinitasku dengannya. Aku mengirmkan pesan dan dijawablah olehnya. Seketika tubuhku lemas ketika dia ingin menelfonku. Sejujurnya aku tak pernah berbincang dengan seorang lelaki  via Handphone selama hidupku sebelum berbincang dengan Edo. Hal itu tak berlangsung lama. Aku berbincang dengannya hanya sekitar 50 detik. Aku tak tahu apa yang aku rasakan, tapi lemas sekujur tubuhku ketika memikirkannya.
Pagi itu Jam dinding menunjukkan pukul 04:45 Pagi. Aku belum bisa menyadarkan fikiranku sebelum akhirnya terdengar notifikasi dari Handphoneku. Aku meraba Kekanan kekiri, mencari sumber notifikasi itu. Tertera jelas sebuah Pesan dari Line masuk. Aku membukanya dan menemukan bahwa Edo lah yang mengirimkan pesan itu.

“Akita bangun wkwkwkwk.” 04:45 Begitu isi pesan yang Edo kirim padaku. Seketika semburat senyum manis terurai dibibirku. Akupun bergegas menjawab pesan tersebut.
“Ah, Edo kok pagi-pagi udah Chat aku? Hehe” 04:46
“Aku lagi pengen chat kamu aja, gimana semalem tidurnya nyenyak?” 04:47
“Iya nyenyak, kamu gimana?” 04:47                               
“Nyenyaklah... udah sana ambil wudhu, belum subuhkan pasti?” 04:48
“Siap bosku hehehe....” 04:49

Pesan dariku mengakhiri obrolan kami pagi itu. Aku kembali melakukan aktivitasku layaknya hari-hari lain. Kulit jari tanganku mulai mengkerut. Udara sejuk pagi buta di kotaku sungguh menjadi momok untukku. Ingin rasanya aku mengaitkan selimut tebal diseluruh tubuhku sembari berbaring dikasur empuk kamarku. Dari jendela dapur aku mendapati bayangan seseorang nampak berdiri dari luar. Aku menghampirinya, dan alangkah terkejutnya aku menemukan David disana. David terlihat masih menyelimuti badanya dengan sarung kotak-kotak hitam putihnya.

“David kenapa kesini?” Ujarku mengintrogasinya.
“David abis sholat subuh di Masjid, kan lewat aja dirumah Akita.”
“Oh.”
“Cuma oh?”
“Emm, David pulang aja, gek cepetan mandi. Nanti ndak telat masuk sekolahnya. Aku juga mau sholat dulu.”
“Akita berangkat bareng David aja. Akita nggak dianter Abi to?”
“Iyaudah gampang itu. David pulang aja ya.”

Saat itu juga David memalingkan pandangan dan meninggalkanku seorang diri didapur. Abi dan umi sedang dinas keluar kota sejak kemarin, membuatku harus melakukan semua aktifitas seorang diri. David adalah sahabatku sejak masih berada di bangku SD, saat itu aku mengenalnya karena aku tidak sengaja menumpahkan segelas Ice Cream coklat dibajunya. Setelah hari itu kami menjadi sahabat akrab dan seringkali menghabiskan waktu bersama, hingga kini kami duduk di bangku SMA.
Mentari mulai menampakkan wujudnya. Dedaunan kian berlambaian tertiup angin pagi. David dengan motor X-Trailnya muncul dihadapanku saat aku sedang mengikat sepatu kananku.

“Akita ayo cepet, udah mau jam 7 iseh wae nali sepatu.”
“Sabar to Vid, ini aja baru jam setengah 7. Ngoceh wae kerjaanmu.”
“hehehe.”

Setelah 3menit berlalu, aku selesai mengikat kedua tali sepatuku. Aku duduk membonceng di belakang David. Sesampainya disekolah beberapa teman David menghampiri kami. Sontak pandanganku yang awalnya berada dibawah kini mengarah pada mereka. 3 orang lelaki ini nampak memandangku dan beberapa kali tersenyum mengejek. David yang menyadari langsung saja membentak.

“Oi! Ngapain to ngeliat Akita sampe gitu?”
“Akita pacaran mbe David yo? Hahahah” Ucap salah satu dari mereka.
“Hah? Engga to ya! Mana ada aku pacaran mbe David!”

Seketika itu juga aku meninggalkan David dengan ketiga temannya. Headphone putih kuambil dari dalam tasku. Kupasangkan di sepasang telingaku. Aku berjalan melewati lobi sekolah dan beberapa ruang lain. Beberapa nampak memperhatikan langkahku, namun aku tetap bersikap dingin pada mereka. Handphoneku mulai bergetar, aku meraihnya dan mengusap layar tersebut. Edo mengirimkan sebuah pesan Line padaku. Aku tersipu, dan sesekali tersenyum tipis.

“Kamu udah disekolah?”06:52
“Udah Do.”06:53 Jawabku singkat pada Edo.
“Siapa yang anter? Ayahmu?”06:55
“Temen, Abi dinas.”06:55 Ketika itu juga aku menutup Handphoneku dan bergegas menuju ruang kelas.


Dari jendela terlihat dedaunan gugur, burung-burung terbang kian kemari. Kali ini sosok Edo mulai tampak dibenakku. Aku membayangkan senyumnya. Waktu seolah berhenti berdentum, membuatku melamun cukup lama dikursi tempat dudukku. 

To be Continued...

Related Posts

Reset
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.