RESET
Aku dan Edo kenal dari sebuah aplikasi chatting. Dia memulai
pembicaraannya denganku sejak 2 hari yang lalu. Aku benar benar nyaman
dengannya. Setiap malam aku tidak segera menutup mataku dan mengucapkan doa
sebelum tidur melainkan saling bertukar pesan dengannya. Dia adalah pemuda yang
baik. Dia tahu seluk beluk seorang perempuan. Dia tahu ketika aku marah
dengannya, walaupun aku baru saja mengenalnya.
“Do, udah malem ngga tidur?” 23:14 cetus ku
melalui papan ketik handphoneku.
“Aku belum ngantuk hehe, kamu udah ngantuk?” 23:16
“Belum juga sih, aku
Cuma nanya aja.” 23:16
Begitupun seterusnya, aku selalu menceritakan kegiatanku
setiap hari kepadanya. Setiap pagi aku selalu membayangkannya, dan seketika
tersenyum sendiri. Edo adalah pemuda yang tampan, dia juga seorang atlet panjat
tebing. Malam selanjutnya aku kembali melakkan rutinitasku dengannya. Aku
mengirmkan pesan dan dijawablah olehnya. Seketika tubuhku lemas ketika dia
ingin menelfonku. Sejujurnya aku tak pernah berbincang dengan seorang lelaki via Handphone selama hidupku sebelum
berbincang dengan Edo. Hal itu tak berlangsung lama. Aku berbincang dengannya
hanya sekitar 50 detik. Aku tak tahu apa yang aku rasakan, tapi lemas sekujur
tubuhku ketika memikirkannya.
Pagi itu Jam dinding menunjukkan pukul 04:45 Pagi. Aku belum
bisa menyadarkan fikiranku sebelum akhirnya terdengar notifikasi dari
Handphoneku. Aku meraba Kekanan kekiri, mencari sumber notifikasi itu. Tertera
jelas sebuah Pesan dari Line masuk. Aku membukanya dan menemukan bahwa Edo lah
yang mengirimkan pesan itu.
“Akita bangun wkwkwkwk.” 04:45 Begitu isi pesan
yang Edo kirim padaku. Seketika semburat senyum manis terurai dibibirku. Akupun
bergegas menjawab pesan tersebut.
“Ah, Edo kok pagi-pagi udah Chat aku? Hehe” 04:46
“Aku lagi pengen chat kamu aja, gimana semalem tidurnya
nyenyak?” 04:47
“Iya nyenyak, kamu
gimana?” 04:47
“Nyenyaklah... udah sana ambil wudhu, belum subuhkan pasti?”
04:48
“Siap bosku hehehe....” 04:49
Pesan dariku mengakhiri obrolan kami pagi itu. Aku kembali
melakukan aktivitasku layaknya hari-hari lain. Kulit jari tanganku mulai
mengkerut. Udara sejuk pagi buta di kotaku sungguh menjadi momok untukku. Ingin
rasanya aku mengaitkan selimut tebal diseluruh tubuhku sembari berbaring
dikasur empuk kamarku. Dari jendela dapur aku mendapati bayangan seseorang
nampak berdiri dari luar. Aku menghampirinya, dan alangkah terkejutnya aku
menemukan David disana. David terlihat masih menyelimuti badanya dengan sarung
kotak-kotak hitam putihnya.
“David kenapa kesini?” Ujarku mengintrogasinya.
“David abis sholat subuh di Masjid, kan lewat aja dirumah
Akita.”
“Oh.”
“Cuma oh?”
“Emm, David pulang aja, gek cepetan mandi. Nanti ndak telat
masuk sekolahnya. Aku juga mau sholat dulu.”
“Akita berangkat bareng David aja. Akita nggak dianter Abi
to?”
“Iyaudah gampang itu. David pulang aja ya.”
Saat itu juga David memalingkan pandangan dan meninggalkanku
seorang diri didapur. Abi dan umi sedang dinas keluar kota sejak kemarin,
membuatku harus melakukan semua aktifitas seorang diri. David adalah sahabatku sejak
masih berada di bangku SD, saat itu aku mengenalnya karena aku tidak sengaja
menumpahkan segelas Ice Cream coklat dibajunya. Setelah hari itu kami menjadi
sahabat akrab dan seringkali menghabiskan waktu bersama, hingga kini kami duduk
di bangku SMA.
Mentari mulai menampakkan wujudnya. Dedaunan kian
berlambaian tertiup angin pagi. David dengan motor X-Trailnya muncul
dihadapanku saat aku sedang mengikat sepatu kananku.
“Akita ayo cepet, udah mau jam 7 iseh wae nali sepatu.”
“Sabar to Vid, ini aja baru jam setengah 7. Ngoceh wae
kerjaanmu.”
“hehehe.”
Setelah 3menit berlalu, aku selesai mengikat kedua tali
sepatuku. Aku duduk membonceng di belakang David. Sesampainya disekolah
beberapa teman David menghampiri kami. Sontak pandanganku yang awalnya berada
dibawah kini mengarah pada mereka. 3 orang lelaki ini nampak memandangku dan
beberapa kali tersenyum mengejek. David yang menyadari langsung saja membentak.
“Oi! Ngapain to ngeliat Akita sampe gitu?”
“Akita pacaran mbe David yo? Hahahah” Ucap salah satu dari
mereka.
“Hah? Engga to ya! Mana ada aku pacaran mbe David!”
Seketika itu juga aku meninggalkan David dengan ketiga
temannya. Headphone putih kuambil dari dalam tasku. Kupasangkan di sepasang
telingaku. Aku berjalan melewati lobi sekolah dan beberapa ruang lain. Beberapa
nampak memperhatikan langkahku, namun aku tetap bersikap dingin pada mereka.
Handphoneku mulai bergetar, aku meraihnya dan mengusap layar tersebut. Edo
mengirimkan sebuah pesan Line padaku. Aku tersipu, dan sesekali tersenyum
tipis.
“Kamu udah disekolah?”06:52
“Udah Do.”06:53 Jawabku singkat pada Edo.
“Siapa yang anter? Ayahmu?”06:55
“Temen, Abi dinas.”06:55 Ketika itu juga aku
menutup Handphoneku dan bergegas menuju ruang kelas.
Dari jendela terlihat dedaunan gugur, burung-burung terbang
kian kemari. Kali ini sosok Edo mulai tampak dibenakku. Aku membayangkan
senyumnya. Waktu seolah berhenti berdentum, membuatku melamun cukup lama
dikursi tempat dudukku.
To be Continued...
Reset
4/
5
Oleh
Unknown